Kelas : 2KA06
Oleh :
· Diah Ayu Kusumastuty (11110945)
· Nindy Wahyuni (15110002)
· Putri Herita Sari (15110448)
· Riyana Anis Budianti (16110083)
· Siska Anggun Lestari (16110571)
· Vivi Anggaraini (18110402)
· Wati Puspitasari (18110465)
Pendahuluan
Kekuasaan adalah suatu istilah yang tidak asing lagi buat kita. Siapa yang tidak tahu tentang kekuasaan? Namun, secara garis besar pengertian kekuasaan yang tampaknya jelas itu tidak selalu benar. Hal itu mengapung dari berbagai kajian tentang kekuasaan di kebudayaan-kebudayaan lain. Sekilas kekuasaan memang tampak sama, yaitu segala sesuatu yang memiliki kewenangan lebih diatas hal lainnya. Tapi tahukah bahwa sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari ada banyak sekali keragaman mengenai kekuasaan. Ada yang tampaknya berdampak positif dan ada pula yang sebaliknya. Kekuasaan berlaku dimana-mana, tidak hanya di kantor, di sekolah, di kampus, di sebuah Negara. Kekuasaan itu sangat luas aspeknya.
Dalam makalah ini secara tersusun rapi kami akan menjelaskan mengenai macam-macam kekuasaan dari berbagai sudut pandang. Dari sudut pandang positif, negatif dan dari pendapat seorang ahli bernama Robbins (1991). Selain itu kami juga telah menganallisa sebuah fakta nyata mengenai salah satu bentuk kekuasaan dalam aplikasinya kehidupan sehari-hari.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan (kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi).
Secara umum, kekuasaan dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Kekuasaan bersifat positif
Merupakan kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
2. Kekuasaan bersifat Negatif
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental.
Selain itu menurut Robbins (1991), kekuasaan dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1. Legitimate Power (kekuasaan sah)
Yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Contohnya bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya.
2. Coercive Power (kekuasaan paksa)
Yakni kekuasaan yang didasari karena kemampuan seorang pemimpin untuk memberi hukuman dan melakukan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak mematuhinya, akan ada efek negatif yang bisa timbul. Contohnya adalah pemimpin adat disuatu daerah.
3. Reward Power (kekuasaan penghargaan)
Adalah kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Penghargaan bisa berupa pemberian hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb. Misalnya, seorang manajer yang mempromosikan karyawannya karna produktivitas kinerja yang baik dari karyawan tersebut.
4. Expert Power (kekuasaan kepakaran)
Yakni kekuasaan yang berdasarkan karena kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga menyebabkan sang bawahan patuh karena percaya bahwa pemimpin mempunyai pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya.Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power. Contohnya, saat sekelompok mahasiswa mengerjakan kerja kelompok, ada seorang atau beberapa orang yang dipatuhi perintahnya (berkuasa) karna menguasai topic dari tugas tersebut.
5. Referent Power (kekuasaan rujukan)
Adalah kekuasaan yang timbul karena karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila seseorang mengagumi idolanya, maka dengan tidak keberatan orang itu akan mematuhi idolanya bahkan secara tidak ia sadari (secara tidak langsung).
6. Connection Power (kekuasaan koneksi)
Adalah kekuasaan yang timbul oleh adanya hubungan yang dijalin oleh pimpinan dengan orang penting dan berpengaruh, baik diluar maupun di dalam organisasi. Contohnya seorang manajer yang memiliki hubungan dekat dengan direktur utama perusahaan tersebut, sehingga para karyawannya semakin patuh terhadapnya.
Contoh pengaplikasian suatu tindakan negative dari kekuasaan.
Dalam makalah ini kelompok kami akan membahas lebih detail mengenai contoh kekuasaan yang nyata dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Senioritas. Senioritas sangat menjamur dimana-mana, bahkan untuk beberapa sekolah menengah atas di Jakarta, hal ini sudah menjadi sebuah gaya hidup yang biasa. Padahal senioritas adalah salah satu contoh dari tindak kekuasaan yang negatif yang seharusnya tidak perlu dicontoh. Kami menganalisa dari salah satu sekolah menengah atas di Jakarta yang memang sudah sangat terkenal tindak senioritasnya. Bahkah kekuasaan senioritas melebihi kekuasaan guru-guru yang mengajar disana.
Pemegang kekuasaan tertinggi pada tingkatan senioritas di sekolah ini dikuasai oleh siswa kelas tiga, yang mana mengganggap diri mereka statusnya lebih tinggi dari murid kelas dua dan terlebih kelas satu. Murid kelas tiga bisa dengan bebasnya memperbudak murid kelas satu dan kelas dua. Bebas memerintah seenaknya, bebas meminta uang dengan paksa, bebas mengancam dengan kata-kata yang kasar dan menindas secara fisik maupun psikis. Bahkan di sekolah ini setiap tahun angkatannya diberi penamaan khusus, yang bisa dibilang merupakan seperti penamaan sebuah kelompok ataupun geng berdasarkan gender (jenis kelamin). Dari semua murid kelas tiga yang berkuasa, yang paling berwenang untuk menindas murid kelas satu dan dua adalah mereka yang memiliki pernanan aktif dalam kelompok atau geng tersebut.
Menurut kami, senioritas seharusnya bisa lebih diarahkan ke hal yang positif. Senioritas bukan untuk menindas, bukan untuk membanggakan kesombongan dan kekuasaan yang angkuh tapi senioritas bisa digunakan untuk ajang menghormati orang yang lebih tua dengan sewajarnya, bukannya mendewakan. Dan bukan merupakan hal
yang mudah untuk merubah sebuah trend penindasan junior, yang sudah mendarah daging, jadi benar-benar diperlukan usaha yang keras dan kerja sama yang baik untuk merubah hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Maryati,Kun. 2006. Sociologi.1b.Esis,Jakarta.
Burke,Peter. Sejarah dan Teori Social. Yayasan Pustaka Obor Indonesia